Impulse buying adalah perilaku konsumen yang melakukan
pembelian secara spontan, tanpa perncanaan terlebih dahulu.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang membeli sesuatu diluar rencana, yaitu :
1. Hasrat untuk mencoba barang atau merk baru.
2. Pengaruh dari iklan yang ditonton sebelumnya.
3. Display dan kemasan produk yang menarik.
4. Bujukan Salesman atau Sales Promotion Girl.
Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen, produk dapat dibagi menjadi dua kategori :
1. Produk dengan kategori high involvement : produk yang membutuhkan pertimbangan dan perhatian khusus sebelum membeli, misalnya : mobil, rumah, laptop, handphone, sepeda motor, dll. Dalam membeli produk jenis high involvement ini, biasanya konsumen telah merencanakan dan mempertimbangkannya terlebih dahulu, misalnya : merencanakan budgetnya, memperhatikan spesifikasi produknya, kalau membeli rumah, harus pertimbangkan lokasinya, dll.Kesalahan dalam membeli produk ini, akan beresiko cukup besar, baik resiko keuangan maupun non keuangan.
2. Produk dengan kategori low involvement : produk yang tidak membutuhkan perhatian khusus sebelum membeli, misalnya : permen, coklat, dll. Pada saat konsumen membeli produk kategori low involvement ini, biasanya mereka tidak merencanakannya dan mempertimbangkannya secara khusus, misalnya : nabung dulu beberapa waktu sebelum membeli permen, atau memeriksa kandungan bahan di dalam permen, dsb.Dan, berbeda dengan pembelian produk high involvement, pembelian produk jenis low involvement ini tidak memiliki resiko sama sekali.
Produk low involvement diataslah yang mendorong orang melakukan impulse buying.
Strategi produsen dalam menjaring impulse buying diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Komunikasi atau promosi harus mind catching, misalnya : menggunakan publik figur sebagai bintang iklan.
2. Distribusi : produk harus semudah mungkin diakses oleh konsumen, misalnya : meletakkan produk (permen,coklat,batu battery, dan produk low involvement lainnya) di kasir swalayan atau toko.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang membeli sesuatu diluar rencana, yaitu :
1. Hasrat untuk mencoba barang atau merk baru.
2. Pengaruh dari iklan yang ditonton sebelumnya.
3. Display dan kemasan produk yang menarik.
4. Bujukan Salesman atau Sales Promotion Girl.
Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen, produk dapat dibagi menjadi dua kategori :
1. Produk dengan kategori high involvement : produk yang membutuhkan pertimbangan dan perhatian khusus sebelum membeli, misalnya : mobil, rumah, laptop, handphone, sepeda motor, dll. Dalam membeli produk jenis high involvement ini, biasanya konsumen telah merencanakan dan mempertimbangkannya terlebih dahulu, misalnya : merencanakan budgetnya, memperhatikan spesifikasi produknya, kalau membeli rumah, harus pertimbangkan lokasinya, dll.Kesalahan dalam membeli produk ini, akan beresiko cukup besar, baik resiko keuangan maupun non keuangan.
2. Produk dengan kategori low involvement : produk yang tidak membutuhkan perhatian khusus sebelum membeli, misalnya : permen, coklat, dll. Pada saat konsumen membeli produk kategori low involvement ini, biasanya mereka tidak merencanakannya dan mempertimbangkannya secara khusus, misalnya : nabung dulu beberapa waktu sebelum membeli permen, atau memeriksa kandungan bahan di dalam permen, dsb.Dan, berbeda dengan pembelian produk high involvement, pembelian produk jenis low involvement ini tidak memiliki resiko sama sekali.
Produk low involvement diataslah yang mendorong orang melakukan impulse buying.
Strategi produsen dalam menjaring impulse buying diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Komunikasi atau promosi harus mind catching, misalnya : menggunakan publik figur sebagai bintang iklan.
2. Distribusi : produk harus semudah mungkin diakses oleh konsumen, misalnya : meletakkan produk (permen,coklat,batu battery, dan produk low involvement lainnya) di kasir swalayan atau toko.
3. Display produk yang
menarik. Sebagian besar konsumen yangmelakukan impulse buying adalah wanita dan
anak-anak. Dan mereka biasanya tertarik dengan kemasan produk yang menarik.
Mengapa fokus pada anak anak ? Walaupun mereka bukan yang pegang uang, dan
tidak memiliki purchasing power yang independen, namun anaka-anak merupakan
influencer yang tinggi dalam memilih barang. Bayangkan bila si kecil tiba-tiba
mogok didepan barang yang diinginkannya, tentu orang tua tidak punya pilihan
lain selain mengabulkan permintaannya.
4. Produk yang inovatif : konsumen cenderung mencoba produk produk baru. Dan, bisanya produk yang hanya rata rata, memiliki potensi yang rendah dalam menarik impulse buying. Usahakan produk Anda seinovatif mungkin, baik dari kualitas maupun kemasannya.
4. Produk yang inovatif : konsumen cenderung mencoba produk produk baru. Dan, bisanya produk yang hanya rata rata, memiliki potensi yang rendah dalam menarik impulse buying. Usahakan produk Anda seinovatif mungkin, baik dari kualitas maupun kemasannya.
Pengertian Window Shopping.
Adalah prilaku dimana konsumen yang
mendatangi tempat perbelanjaan seperti mall, pertokoan, dll. yang hanya datang
untuk melihat lihat barang yang di pajang oleh penjual dari luar kaca/ etalase
toko tersebut, yang nantinya akan menimbulkan persaan senang konsumen tersebut
dengan membayangkan si konsumen telah membeli atau menggunakan barang yang di
pajang oleh penjual tersebut. Yang nanti nya akan menarik minat konsumen
membeli di kemudian hari
Arti Niche (Ceruk Pasar) Bagi
Sebuah Bisnis
Banyak
orang memulai usaha di bidang usaha yang memiliki banyak pesaing, atau bidang
usaha yang sedang populer, seperti warung nasi goreng, atau restoran ayam
goreng.
Bukan tidak mungkin anda
bisa sukses, namun diperlukan modal yang lebih besar dan waktu yang lebih lama
untuk sukses karena banyak nya pesaing.
Akan lebih mudah bila
anda memulai usaha di bidang yang merupakan ceruk pasar atau niche.
Contohlah di bidang
golf. Golf sendiri adalah topik umum dan membutuhkan modal yang sangat besar
untuk sukses di bidang golf. Bagaimana kalau kita menggali sedikit lebih dalam,
misalnya kursus golf, atau sarung tangan golf.
Di bidang yang lebih
spesifik tersebut persaingannya tidak seketat bila anda membuka lapangan golf.
Tapi bukankah kursus golf memiliki persaingan yang ketat juga? Bagaimana bila
kita menggalinya lebih dalam? Ada bidang video audit untuk kursus golf jarak
jauh. Ada bidang third party promoter dimana anda bekerja sebagai promoter
untuk kursus-kursus golf yang ada.
Ketika anda memasuki
sebuah niche, anda bisa sukses dengan modal yang lebih sedikit dan waktu yang
lebih cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar