Jumat, 23 November 2012

GAYA HIDUP


Pengertian Gaya hidup

Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Gaya hidup merupakan frame of reference yang dipakai sesorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu.
Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.
Fenomena ini pokok pangkalnya adalah stratifikasi sosial, sebuah struktur sosial yang terdiri lapisan-lapisan :
  • dari lapisan teratas sampai lapisan terbawah.
  • Dalam struktur masyarakat modern,
  • status sosial haruslah diperjuangkan (achieved)
  • dan bukannya karena diberi atau berdasarkan garis keturunan (ascribed).
Selayaknya status sosial merupakan penghargaan masyarakat atas prestasi yang dicapai oleh seseorang. Jika seseorang telah mencapai suatu prestasi tertentu, ia layak di tempatkan pada lapisan tertentu dalam masyarakatnya. Semua orang diharapkan mempunyai kesempatan yang sama untuk meraih prestasi, dan melahirkan kompetisi untuk meraihnya.

SUMBER :

KEPRIBADIAN

PENGERTIAN KEPRIBADIAN

Kepribadian didefinisikan sebagai ciri-ciri kejiwaan dalam diri yang men
entukan dan mencerminkan bagaimana seseorang berespon terhadap lingkungannya. Pe
nekanan dalam definisi ini adalah pada sifat-sifat dalam diri atau sifat-sifat k
ewajiban yaitu kualitas, sifat, pembawaan, kemampuan mempengaruhi orang dan pera
ngai khusus yang membedakan satu individu dari individu lainnya. Kepribadian cen
derung mempengaruhi pilihan seseorang terhadap produk. Sifat-sifat inilah yang m
empengaruhi cara konsumen merespon usaha promosi para pemasar, dan kapan, di man
a, dan bagaimana mereka mengkonsumsi produk dan jasa tertentu. Karena itu, ident
ifikasi teerhadap karakteristik kepribadian khusus yang berhubungan dengan peril
aku konsumen sangat berguna dalam penyusunan strategi segmentasi pasar perusahaa
n.
Sifat-sifat Dasar Kepribadian
1) Kepribadian mencerminkan perbedaan individu 
Karena karakterisitik dalam diri yang memebentuk kepribadian individu me rupakan kombinasi unik berbagai faktor, maka tidak ada dua individu yang betul-b etul sama. Kepribadian merupakan konsep yang berguna karena memungkinkan kita un tuk menggolongkan konsumen ke dalam berbagai kelompok yang berbeda atas dasar sa tu atau beberapa sifat. 
2) Kepribadian bersifat konsisten dan bertahan lama 
Suatu kepribadian umumnya sudah terlihat sejak manusia berumur anak-anak , hal ini cenderung akan bertahan secara konsisten membentuk kepribadian ketika kita dewasa. Walaupun para pemasar tidak dapat merubah kepribadian konsumen supa ya sesuai dengan produk mereka, jika mereka mengetahui, mereka dapat berusaha me narik perhatian kelompok konsumen yang menjadi target mereka melalui sifat-sifat relevan yang menjadi karakteristik kepribadian kelompok konsumen yang bersangku tan. Walaupun kepribadian konsumen mungkin konsisten, perilaku konsumsi mereka s ering sangat bervariasi karena berbagai faktor psikologis, sosiobudaya, lingkung an, dan situasional yang mempengaruhi perilaku. 
3) Kepribadian dapat berubah 
Kepribadian dapat mengalami perubahan pada berbagai keadaan tertentu. Ka rena adanya berbagai peristiwa hidup seperti kelahiran, kematian, dan lain sebag ainya. Kepribadian seseorang berubah tidak hanya sebagai respon terhadap berbaga i peristiwa yang terjadi tiba-tiba, tetapi juga sebagai bagian dari proses menuj u ke kedewasaan secara berangsur-angsur. 
TEORI KEPRIBADIAN 
2.1 Teori Freud 
Teori ini dibangun atas dasar pemikiran bahwa kebutuhan atau dorongan y ang tidak disadari, terutama dorongan seksual dan dorongan biologis lainnya, mer upakan inti dari motivasi dan kepribadian manusia. Didasarkan kepada analisisnya , Freud mengemukakan bahwa kepribadian manusia terdiri dari 3 sistem yang saling mempengaruhi yaitu id, superego, dan ego. Id dirumuskan sebagai “gudang” dari b erbagai dorongan primitif dan impulsif berupa kebutuhan fisiologis dasar seperti rasa haus, lapar, dan seks yang diusahakan individu untuk segera dipenuhi, terl epas dari bagaimana cara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan itu. Sedangkan superego dirumuskan sebagai pernyataan diri individu mengenai moral dan kode eti k yang berlaku di dalam masayarakat. Peran superego adalah menjaga agar individu tersebut memuaskan kebutuhan dengan cara yang dapat diterima masyarakat. Terakh ir, yaitu ego, merupakan pengendalian individu secara sadar. Fungsinya sebagai p emantau dalam diri manusia yang berusaha menyeimbangkan tuntutan id yang impulsi f dengan kendala sosial buadaya atas superego. 
Freud juga menekankan bahwa kepribadian individu dibentuk ketika ia mela lui beberapa tahap khas perkembangan bayi dan masa kanak-kanak. Tahap-tahap ini terdiri dari tahap oral, anal, phallic, laten, dan genital. Menurut teori Freud, kepribadian orang dewasa ditentukan oleh seberapa baik dia menghadapi krisis ya ng dialami selama melalui setiap tahap ini. 
Para peneliti yang menerapkan teori psikionalitis Freud pada studi kepri
badian konsumen percaya bahwa dorongan pada manusia sebagian besar tidak disadar
i dan bahwa para konsumen terutama tidak menyadari alasan mereka yang sebenarnya
atas pembelian suatu jenis barang / jasa tertentu. Para oeneliti ini cenderung
memandang bahwa pembelian konsumen dan kepemilikan barang oleh konsumen sebagai
cerminan dari kepribadian individu yang bersangkutan.
2.2 Teori Kepribadian Neo-Freud
Penganut Neo-Freud percaya bahwa hubungan sosial menjadi dasar pembentuk
an dan pengembangan kepribadian. Alfred Adler memandang manusia berusaha supaya
dapat mencapai berbagai sasaran yang rasional yang disebutnya gaya hidup. Dia ju
ga banyak menekankan pada usaha individu untuk mengatasi perasaan rendah diri. H
arry Stack Sullivan menekankan bahwa manusia terus menerus berusaha membangun hu
bungan yang berarti dan bermanfaat dengan orang lain. Ia terutama tertarik pada
berbagai usah individu untuk mengurangi tekanan, seperti kegelisahan. Karen Horn
ey juga memfokuskan pada pengaruh hubungan anak-orang tua, dan keinginan individ
u untuk mengatasi perasaan gelisah. Horney mengemukakan bahwa para individu dike
lompokkan ke dalam 3 golongan kepribadian sebagai berikut:
-
Individu yang patuh adalah mereka yang ingin mendekati orang lain (merek
a ingin disayangi, dibutuhkan, dan diharapkan.
-
Indivisu yang agresif adalah mereka yang ingin menjauhi orang lain (mere
ka ingin mengungguli dan dikagumi)
Individu yang ingin lepas adalah mereka yang ingin lepas dari orang lain yang du
lu berhubungan dengan dirinya (mereka menginginkan kebebasan, kepracayaan diri,
mencukupi kebutuhan sendiri, dan bebas dari kewajiban)
Banyak pemasar menggunakan teori Neo-Freud ini secar intuitif. Misalnya jika seo
rang pemasar ingin memposisikan produk mereka sebagai produk yang memberikan kes
empatan menjadi bagian dan dihargai orang lain dalam lingkkungan kelompok / sosi
al tertentu, maka pemposisian produk tersebut berdasarkan pengggambaran karakter
isitik individu yang yang patuh menurut Horney.
2.3 Teori Sifat
Teori sifat merupakan awal penting berpisahnya dari pengukuran kualitatif yang m
enjadi ciri khas gerakan pengikut Freud dan Neo-Freud. Orientasi Teori Sifat ter
utama bersifat kuantitatif / empiris. Teori ini memfikuskan pada pengukuran kepr
ibadian menurut karakteristik psikologis khusus yang disebut sifat. Sifat didef
inisikan sebagai cara yang khas dan relatif bertahan lama yang dapat membedakan


sumber :

KONSEP DIRI


Definisi Konsep Diri dari Beberapa Ahli

Konsep diri merupakan pengalaman batin yang membedakan diri kita dengan orang lain. Dengan konsep diri tersebut, maka kita akan mampu mengaktualisasikan diri dan menunjukkan kepada dunia bagaimana diri kita yang sebenarnya. Para ahli psikologi memiliki pengertian masing-masing tentang konsep diri tersebut, antara lain sebagai berikut.
1. Konsep Diri Menurut Burns, 1993.
Konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan, bagaimana pendapat orang lain mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu tersebut, dan hal tersebut bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat orang lain pada diri individu tersebut.
Dari pendapat Burns tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa konsep diri tersebut bisa kita ketahui dari pendapat orang lain mengenai diri kita. Apakah kita cantik, tampan, sehat, gemuk, kurus, ataukah justru sebaliknya. Bisa saja orang menilai kita jelek, bodoh, culas, dan kesemuanya itu masuk ke dalam alam pikiran kita kemudian kita mengiyakannya. Jadilah diri kita seperti apa yang dikatakan oleh orang lain di sekitar kita tersebut.
2. Konsep Diri Menurut Hurlock, 1990
Elizabeth Hurlock menyebutkan definisi mengenai konsep diri yang sedikit berbeda dari Burns. Menurut Hurlock, konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang diri mereka sendiri. Individu tersebut memiliki keyakinan mengenai segala yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.
Menurut Hurlock keyakinan akan apa yang menjadi karakteristik kita tak mesti kita dapatkan dari orang lain sebagai pemberi informasi. Kita bisa menggali dan mengolahnya sendiri menjadi sebuah kepribadian yang khas. Kita bisa saja menganggap diri kita cantik, pintar, tampan, sederhana, baik, dan semua hal yang menjadi kepercayaan diri kita sendiri.
3. Konsep Diri Menurut William D. Brooks Konsep diri merupakan pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Apapun yang kita yakini menjadi ciri khas dari diri kita maka itulah konsep diri kita.
4. Konsep Diri Menurut Centi, 1993
Konsep diri merupakan sebuah gagasan tentang diri sendiri. Konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan.
Dengan adanya konsep diri menurut Centi ini, maka kita bisa mengatakan bahwa sebuah konsep diri akan dapat menggerakkan diri kita untuk menjadi seperti apa yang kita percayai. Selama kita mempercayai bahwa diri kita adalah seorang yang sukses maka setiap langkah kita akan mengarah kepada kesuksesan atau minimal mencapai kesuksesan.
Demikian sebaliknya apabila kita mempercayai bahwa diri kita adalah seorang yang gagal maka langkah kita akan mengarah kepada kegagalan dan minimal menjauh dari kesuksesan yang mungkin saja sudah ada di depan mata.
Konsep Diri Secara Garis Besar
Berbagai macam pengertian dan definisi dari ahli psikologi tentang konsep diri ini cukup beragam, namun secara garis besar kembali lagi kita bisa mengartikan bahwa konsep diri terdiri atas beberapa hal berikut.
1. Konsep Diri Merupakan Pemikiran dan Penerimaan Seseorang Terhadap Dirinya Sendiri
Konsep diri bukan menunjuk pada penerimaan orang lain, namun lebih kepada penerimaan kita terhadap diri sendiri. Dengan memiliki sebuah konsep diri yang baik maka tentu saja kita akan mudah menerima diri kita menjadi seseorang yang baik. Berbeda apabila kita menilai buruk pada diri kita maka yang ada justru keputus asaan dan perasaan tidak tenang yang mengakibatkan semua berbalik menjadi buruk seperti pemikiran kita tersebut.
2. Konsep Diri Bisa Datang dari Pendapat Orang Lain atau Perasaan dan Keyakinan Diri Sendiri Adanya penilaian terhadap diri sendiri bisa terjadi karena mendengar pendapat orang lain maupun timbul dari dalam hati kita. Coba kita bedakan.
a. Penilaian diri yang berdasar pada pendapat orang lain
Penilaian ini biasanya dimiliki oleh mereka yang diasuh secara otoriter, dalam keluarga besar, ataupun di kehidupan masyarakat yang masih suka memberi penilaian satu terhadap lainnya. Apabila kita memiliki konsep diri sebagai adaptasi dari perkataan serta pendapat dari orang lain maka nantinya kita akan menjadi seperti apa yang mereka katakan.
Katakanlah sebenarnya kita pandai, hanya saja malas untuk belajar. Tetapi di satu sisi bayak sekali orang yang mengatakan bahwa kita adalah seorang yang bodoh. Lambat laun kalau kita masukkan perkataan orang tersebut sebagai konsep diri kita, maka yang terjadi adalah kita benar-benar menjadi orang yang bodoh.
b. Penilaian diri yang tumbuh dari dalam hati kita sendiri
Konsep diri yang tumbuh dari dalam hati sendiri cenderung lebih jujur dan sesuai dengan kenyataan.
Apa yang kita pikirkan, rasakan, dan alami menjadi bagian tak terpisahkan dalam membangun konsep diri jenis ini. Pada seseorang yang semenjak kecil berada dalam didikan terarah dan baik, maka konsep diri yang tumbuh kemungkinan besar menjadi baik. Kebalikannya apabila seseorang tumbuh di lingkungan yang kurang menguntungkan, maka bisa jadi konsep dirinyapun menjadi kurang baik.
3. Konsep Diri Bisa Meliputi Penilaian Diri Sendiri Terhadap Berbagai Hal
Sifat-sifat fisik seperti kecantikan, ketampanan, gemuk, kurus, dan hal lain yang setara dengan sifat fisik tersebut.
Sifat-sifat psikis seperti kesabaran, kesombongan, kepandaian, kebodohan, dan beberapa hal lain yang sesuai.
Kemampuandiri, seperti kesuksesan, kelemahan, merasa diri gagal, dan beberapa hal yang sama lainnya.
Perasaan yang dialami, seperti kebahagiaan, kesedihan, cinta, benci, dan beberapa lainnya.
4. Konsep Diri Bisa Menggerakkan Diri Seseorang Menjadi Seperti yang Dipikirkannya Memiliki konsep diri yang kuat, dapat dikatakan mampu menggerakkan diri kita untuk mencapai seperti apa yang kita pikirkan. Seseorang yang memiliki konsep diri positif akan berusaha untuk menunjukkan diri dengan positif pula. Berbeda dengan mereka yang memiliki konsep diri negatif, maka akan melakukan hal-hal negatif pula. Pendeknya konsep diri tersebut beriringan dengan aktualisasi diri seseorang dalam kehidupannya sehari-hari.
Macam-macam Konsep Diri
Berbicara tentang konsep diri dan sekian macam definisinya, maka kita akan berhadapan dengan tiga macam konsep diri yang dimiliki oleh seorang individu, yaitu : konsep diri positif, konsep diri negatif, dan tidak memiliki konsep diri.
Bagaimana semua bisa terjadi, apa penyebabnya, dan bagaimana cara mengubahnya menjadi konsep diri yang ideal. Marilah kita mengupas satu per satu tentang konsep diri tersebut.
a. Konsep Diri Positif
Konsep diri yang positif datang dari kepercayaan diri yang sudah ditempa semenjak kita kanak-kanak. Diwarnai dengan lingkungan dan pengalaman hidup penuh warna, namun kita mampu mengubah semuanya menjadi semangat serta harapan untuk tetap maju menggapai cita-cita.
Konsep diri positif, contohnya memikirkan tentang diri sendiri bahwa kita adalah seseorang yang sehat, sukses, memiliki wajah cantik maupun tampan, serta bersemangat menyongsong kehidupan yang semakin baik dari hari ke hari.
Bukannya tidak ada kendala dan pemikiran buruk seperti kekhawatiran atau rasa malas yang terkadang bergelayut. Namun, dengan menekankan pada semangat mencoba hal positif dan mencapai kebahagiaan dalam hidup maka lebih mudah bagi kita untuk mengaktualisasikan diri menggapai yang terbaik.
b. Konsep Diri Negatif
Benar sih kita memiliki konsep diri, namun setelah ditimbang dan dirasa kok semua konsep diri kita mengarah ke hal negatif ya. Misalnya saja merasa bahwa kita ini bodoh, tak mungkin bisa menggapai kesuksesan, tidak disukai oleh teman, gagal, merasa selalu menjadi pecundang, apalagi ditambah dengan wajah pas-pasan. Sungguh, sangat menciutkan nyali siapapun untuk melangkah ke arah kesuksesan hidup apabila memiliki konsep diri negatif seperti itu.
Bisakah diubah? Bisa saja asalkan ada niatan di hati kita untuk memperbaiki semua yang ada di dalam diri ini menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tidak mudah memang, namun dengan semangat yang tinggi dan bantuan dari orang-orang terdekat maka semua menjadi memungkinkan.
Mempercayai bahwa diri kita akan lebih pandai jika mau belajar, lebih cantik jika mau merawat diri, lebih sukses jika mau berusaha, merupakan hal-hal yang akhirnya akan mampu mengubah konsep diri ke arah positif. Selamat mencoba.
c. Tidak Memiliki Konsep Diri
Sungguh kasihan orang yang tidak memiliki konsep diri seperti ini. Seandainya mereka adalah orang yang memiliki kejiwaan normal, pastilah mereka berada di bawah tekanan atau pengaruh kuat dari orang lain secara superior.
Melepaskan diri dari tekanan dan pengaruh orang lain bisa membuat kita sedikit demi sedikit mampu menemukan konsep diri. Beranjak menjadi kian positif dari hari ke hari akan lebih mudah apabila kita berusaha untuk menemukan konsep diri kita yang sebenarnya.Beri rating untuk artikel di atas


sumber :

MOTIVASI


             motivasi konsumen (PERILAKU KONSUMEN )



MOTIVASI KONSUMEN:

Motivasi merupakan  dorongan/tenaga pendorong pada diri individu/seseorang untuk melakukan sesuatu guna memenuhi kebutuhannya yang belum terpenuhi. Motivasi konsumen
Dalam menjawab pertanyaan mengenai mengapa seseorang membeli produk tertentu, hal ini berhubungan dengan motivasi seorang konsumen. Motivasi konsumen mewakili dorongan untuk memuaskan kebutuhan baik yang bersifat fisiologis maupun psikologis melalui pembelian dan penggunaan suatu produk.
Secara umum, kebutuhan manusia sebagai individu terbagi menjadi dua, kebutuhan dasar dan kebutuhan perolehan.
No
Kebutuhan Dasar / Kebutuhan Perolehan
1 Bersifat fisiologis biogenis
Bersifat psikologis psikogenis
2
Memperoleh penghargaan diri, martabat, kasih sayang,kekuasan, pengetahuan
3 Disebut kebutuhan primer/motif primer
Disebut kebutuhan sekunder/motif sekunder

Semua prilaku individu yang didorong motivasi-motivasi tersebut,  dilakukan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Hasil yang diinginkan inilah yang  disebut sebagai sasaran.
Pemilihan sasaran bagi setiap individu berbeda satu sama lai, tergantung beberapa hal yakni,
1.Pengalaman pribadi
2.Kemampuan fisik
3.Norma dan nilai yang berlaku
4.Kemudahan mencapai sasaran
Dan dalam prakteknya, terdapat keterkaitan antara  kebutuhan dan sasaran tersebut. Walaupun pada kenyataannya pula, kesadaran orang akan “sasaran” cenderung kurang, isbanding kesadarannya akan “kebutuhan”. Orang cenderung lebih menyadari kebutuhan dasarnya/fisiologis ketimbang kebutuhan perolehan/psikologis.
Sebagai contoh, seorang politisi mungkin tidak menyadari betapa tingginya kebutuhannnya akan “kekuasan”, tapi ia secara rutin aktiv dalam pemilihan jabatan tertentu dalam pemerintahan.

Sebagai contoh motivasi dalam kehidupan sehari-hari adalah :
Rokok:
 Merokok jadi pelarian dari tugas berat atau tak menyenangkan, nyaris seperti anak kecil yang suka melamun karena kebanyakan dijejali tugas-tugas PR.  Merokok juga merupakan hadiah pada diri sendiri, akan lebih menyenangkan kalau sering dilakukan. Merokok di awal hari mengantisipasi anugerah yang bakal datang, sementara merokok di malam hari menutup hari yang panjang. Rokok adalah jejak waktu modern yang menandai berjalannya waktu, baik di rumah maupun di kantor.  Bisa juga untuk meredam ketidaksabaran, merokok membuat waktu berlari lebih cepat dan itulah mengapa orang merokok saat menunggu di stasiun, saat seorang suami menunggu istrinya melahirkan atau seseorang membunuh waktu di balik kerangkeng  di penjara. Merokok memberi kenikmatan oral sensual. Rokok juga bisa berfungsi sosial sebagai teman, juga menjadi sarana percakapan dengan diri sendiri.  Rokok menegaskan kepribadian sambil menunjukkan hubungan dekat dengan sesama perokok.  Kotak rokok, misalnya, menunjukkan jarak dan individualitas. Banyak perokok suka mengamati gulungan asap rokoknya yang kadang membentuk pola-pola di udara, membawa serta rasa cemas dan kekecewaan mereka….
Itulah kutipan contoh hasil penelitian motivasi konsumen di balik perilaku merokok. Motivasi di balik perilaku manusia awalnya lebih dipahami sebagai insting dan dorongan dari dalam, yang pada dasarnya merupakan proses fisiologis yang ada sejak bayi. Keinginan ini lebih merupakan “drive”  yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan yang dipicu rasa lapar, haus, perlindungan dan dorongan seksual. Motivasi ini pada dasarnya bersifat negatif dan diperlukan agar bisa bertahan dari bahaya atau keadaan yang tak menyenangkan.

Contoh motivasi konsumen menurut Dichter :
Bulu   Nilai dari bulu dapat ditelusuri dari sejarah bahwa dulunya bulu berfungsi laiknya piala yang dibawa pulang pemburu bagi yang tercinta di rumah. Makin berbahaya dan sulit membunuh si binatang, bulu makin bernilai.  Pemburu modern kini mengganti tombaknya dengan dompet, tapi makna asasinya tetap tak berubah. Lantaran nilainya, bulu memberi bukti bahwa pembelinya sukses secara finansial berkat kemampuannya mencari uang. Leopard dan mink tidak lebih hangat ketimbang bulu kelinci atau kucing, namun nilainya jauh lebih mahal karena kelangkaannya. Bulu juga menunjukkan kekuatan daya seksual si pemburu, dan riset membuktikan bahwa publik kerap melekatkan konotasi  asusila, baik bagi pemberi maupun penerima baju mink.


SUMBER :

SIKAP


Pengertian Sikap Konsumen



Menurut Krech dan Crutch field (1984:152), sikap adalah suatu organisasi yang abadi tentang motivasi, emosi, persepsi, dan proses kognitif mengenai beberapa aspek lingkungannya. Menurut Fishbein & Aizein (1975:6), sikap merupakan suatu kecenderungan yang terpelajari dalam memberikan respon menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten mengenai obyek tertentu. Sedangkan menurut Loudon dan Bitta (1993:423), sikap merupakan penilaian positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan, setuju atau tidak setuju dari perasaan seseorang terhadap suatu obyek. Namun selanjutnya Fishbein (1993:422) menyatakan bahwa lebih dari 100 definisi tentang sikap, dengan demikian maka belum ada kesepakatan yang baru tentang definisi sikap.
Menurut Loudon dan Bitta (1993:5), konsumen adalah siapapun sebagai pemakai. Konsumen dibedakan dengan istilah pelanggan. Pengertian pelanggan digunakan untuk seseorang yang melakukan pembelian secara teratur dari suatu toko khusus atau perusahaan. Sedangkan konsumen tersebut biasanya dibedakan menurut segmennya, misalnya segmentasi konsumen berdasarkan jenis kelamin : pria – wanita, dan segmentasi berdasarkan pendidikan mulai dari SD sampai dengan PT.








sumber :





Sumber Daya Ekonomi

PENGERTIAN SUMBER DAYA EKONOMI
Sumber Daya Ekonomi merupakan alat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Yang wujudnya berupa barang dan jasa.

Sumber Daya Ekonomi dikelompokkan menjadi 4 macam, yaitu
1. Sumber Daya Alam
• Yang dimaksud Sumber Daya Alam adalah kekayaan yang tersedia di alam dan dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
• Sumber Daya Alam terbagi menjadi 2 macam : - Sumber Daya Alam yang dapat diperbaharui (Renewable) , contoh : tanah,air,hewan,dan tumbuhan.
- Sumber Daya Alam yang tidak dapat diperbaharui(Unrenewable), contoh : batu-bara,mineral,minyak bumi(segala bahan tambang).
• Cara Pemanfaatannya : memupuk,mengolah,mengairi,bahan bakar,mencoba melakukan daur ulang sampah.
• Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan dan penggunaannya :
a. Tetap menjaga kelestariannya untuk generasi mendatang
b. Mencegah terjadinya pencemaran air dan tanah
c. Pengelolaan sumber daya alam jangan melampaui tingkat generasi dari sumber daya alam tersebut 
d. Mengembangkan tekhnologi dengan sistem yang ramah terhadap lingkungan. 
2. Sumber Daya Manusia
• Yng dimaksud Sumber Daya Manusia adalah segala kegiatan manusia baik fisik(Jasmani) maupun rohani yang ditujukan untuk keperluan kegiatan produksi 
• contoh : 1. Guru, Manajer, Penulis (termasuk Tenaga Kerja Rohani)
2. Penjahit, Dokter,buruh bangunan (termasuk Tenaga Kerja Jasmani)
• Cara pemanfaatannya : 
a) Perlu diadakan pembagian tugas
b) Perlu adanya Pendidikan
c) Perlu diadakan Pelatihan (Workshop)
• Macam-macam Sumber Daya Manusia :
1. Tenaga Kerja Rohani:
contoh : Dokter, Guru, dan sebagainya.
2. Tenaga Kerja Jasmani :
a. Tenaga Kerja Terdidik : Dokter, Guru.
b. Tenaga Kerja Terlatih : Sopir Bus
c. Tenaga Kerja Tidak Terlatih dan Tidak Terdidik : Buruh bangunan, dan Buruh tani. 
3. Sumber Daya Modal 
• Yang dimaksud Sumber Daya Modal adalah sumber daya yang dibuat oleh manusia baik berupa uang maupun barang dan digunakan untuk membantu kegiatan produksi
• Bentuknya berupa barang & uang.
• Berdasarkan Pemakaiannya Sumber Daya Modal di kelompokkan menjadi 2 : 
1) Modal Tetap, yaitu modal yang dapat digunakan berkali-kali untuk kegiatan produksi. Contoh : Gedung,Pabrik,Mesin-Mesin produksi,dan kendaraan yang digunakan untuk distribusi.
2) Modal Lancar, yaitu modal yang dapat digunakan hanya untuk satu kali kegiatan produksi. Contoh : bahan bakar dan baku produksi.
• Cara Pemanfaatannya :
 Menggunakan secara Efisien yaitu menggunakan sesuai kebutuhan
 Merawat, Memelihara, dan Memperbaiki, secara rutin. 
4. Sumber Daya Kewirausahaan.
 Yang dimaksud Sumber Daya Kewirausahaan adalah semangat,sikap, dan perilaku seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan ekonomi sehingga bisa menghasilkan keuntungan.
 Orang yang memiliki mental kewirausahaan diseebut wirausaha.
 Manfaat dari Wirausaha : Berusaha memberi bantuan kepada orang lain, 
dan pembangunan sosial sesuai dengan kemampuannya.
Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran.
Memberi contoh kepada orang lain, bagaimana kita harus bekerja keras.
Hidup secara efisien, tidak berfoya-foya dan tidak boros.
 Ciri-ciri seorang wirausaha :
Pemberani dan memiliki mental yang kuat 
Mempunyai Pandangan ke depan
Percaya Diri, Optimis, dan Mandiri.


sumber :
alf15y4hr.blogspot.com/2011/10/sumber-daya-ekonomi.html

Sumber Daya Konsumen


SUMBER DAYA KONSUMEN DAN PENGETAHUAN

SUMBER DAYA KONSUMEN DAN PENGETAHUAN
1.Sumber Daya Ekonomi
a. pengertian sumber daya ekonomi
Potensi sumberdaya ekonomi atau lebih dikenal dengan potensi ekonomi pada dasarnya dapat diartikan sebagai sesuatu atau segala sesuatu sumberdaya yang dimiliki baik yang tergolong pada sumberdaya alam (natural resources/endowment factors) maupun potensi sumberdaya manusia yang dapat memberikan manfaat (benefit) serta dapat digunakan sebagai modal dasar pembangunan (ekonomi) wilayahtingkat ketergantungan terhadap sumberdaya secara struktural harus bisa dialihkan pada sumberdaya alam lain. Misalnya, penggunaan energi sinar matahari, panas bumi, atau gelombang laut termasuk angin, akan dapat mengurangi ketergantungan manusia terhadap sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui. b. sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui (non-renewable or exhaustible resources). Jenis sumberdaya ini pada dasarnya meliputi sumberdaya alam yang mensuplai energi seperti minyak, gas alam, uranium, batubara serta mineral yang non energi seperti misalnya : tembaga, nikel,aluminium,dll.Sumberdaya alam jenis ini adalah sumberdaya alam dalam jumlah yang tetap berupa deposit mineral (mineral deposits) diberbagai tempat dimuka bumi. Sumberdaya alam jenis ini bisa habis baik karena sifatnya yang tidak bisa diganti oleh proses alam maupun karena proses penggantian alamiahnya berjalan lebih lamban dari jumlah pemanfaatannya. c. sumberdaya alam yang potensial untuk diperbarui (potentially renewable resources). Kategori sumberdaya alam ini tergolong sumberdaya alam yang bisa habis dalam jangka pendek jika digunakan dan dicemari secara cepat, namun demikian lambat laun akan dapat diganti melalui proses alamiah misalnya ; pohon-pohon di hutan, rumput di padang rumput, deposit air tanah, udara segar dan lain-lain Sumberdaya alam ini keberadaannya harus dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam kerangka untuk mendorong, mempercepat dan menunjang proses pembangunan wilayah (daerah). Namun demikian penting untuk diperhatikan aspek ketersediaan termasuk daya dukungnya terhadap mobilitas pembangunan daerah, karena apabila sumberdaya alam dengan 3 kategori ini dimanfaatkan dengan tidak bijaksana dan arif maka sudah barang tentu stagnasi dan kemunduran dinamika pembangunan ekonomi wilayah akan semakin cepat menjelma atau merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindarkan.Disamping komponen sumberdaya alam, pada saat ini peranan sumberdaya manusia (human resources) dalam konteks kegiatan pembangunan ekonomi termasuk pembangunan ekonomi daerah (wilayah) semakin signifikan. Faktor sumberdaya manusia ini telah menghadirkan suatu proses pemikiran baru dalam telaah teori-teori pembangunan ekonomi, yang menempatkan sumberdaya manusia sebagai poros utama pembangunan ekonomi baik dalam skala global, nasional maupun daerah. Strategi pembangunan ekonomi yang berbasis pada pengembangan sumberdaya manusia (human resources development) dianggap sangat relevan dan cocok dengan kondisi dan karakter pembangunan ekonomi terutama di negara-negara berkembang sejak era 80-an. Strategi pembangunan ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang pakar perencanaan pembangunan ekonomi berkebangsaan Pakistan yang bernama Mahbub Ul Haq yang pada saat itu menjadi konsultan Utama United Nation Development Programme (UNDP). Mahbub Ul Haq berpendapat bahwa pengembangan sumberdaya manusia harus dijadikan landasan utama dalam kebijakan pembangunan ekonomi di negara-negara sedang berkembang, dan hal ini dianggap penting mengingat ketertinggalan negara-negara berkembang terhadap negara-negara industri maju dalam tingkat kesejahteraan ekonomi seperti kualitas dan standar hidup hanya akan dapat diperkecil manakala terjadi peningkatan yang sangat signifikan dalam pengembangan kualitas sumberdaya manusia.Dari pola pemikiran seperti diatas maka takaran peranan sumberdaya manusia dalam proses pembangunan ekonomi dalam konteks untuk mengurangi kesenjangan pembangunan ekonomi pada dasarnya harus dilihat dari aspek peningkatan kualitasnya. Dengan kualitas sumberdaya manusia yang semakin meningkat, akan dapat mendorong peningkatan produktivitas ekonomi sekaligus sebagai modal dasar untuk memacu pertumbuhan ekonomi.Bagi kebayakan negara-negara yang tingkat pembangunan ekonominya sudah tergolong lebih maju, produktivitas sumberdaya manusia secara teknis telah dijadikan sebagai instrumen terpenting untuk mempertahankan pencapaian laju pertumbuhan ekonomi, sekaligus dalam upaya untuk memperkuat basis struktural perekonomiannya. Dalam era globalisasi, kualitas sumberdaya manusia yang handal akan sangat membantu suatu negara untuk memenangkan kompetisi atau persaingan dalam perekonomian global sekaligus dapat menjaga eksistensi negara tersebut dalam percaturan dan dinamika perekonomian dunia yang semakin kompetitif.
a. Peranan Sumberdaya Ekonomi Dalam Pembangunan Ekonomi Daerah
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam era otonomi daerah dewasa ini, kecepatan dan optimalisasi pembangunan wilayah (daerah) tentu akan sangat ditentukan oleh kapasitas dan kapabilitas sumberdaya ekonomi (baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia). Keterbatasan dalam kepemilikan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang berkulitas dapat menimbulkan kemunduran yang sangat berarti dalam dinamika pembangunan ekonomi daerah. Konsekuensi lain yang ditimbulkan sebagai akibat terbatasnya kapasitas dan kapabilitas sumberdaya ekonomi yang dimiliki daerah adalah ketidakleluasaan daerah yang bersangkutan untuk mengarahkan program dan kegiatan pembangunan ekonominya, dan situasi ini menyebabkan munculnya pula disparitas pembangunan ekonomi wilayah. Kondisi ini tampaknya menjadi tak terhindarkan terutama bila dikaitkan dengan pelaksanaan otonomi daerah dewasa ini.Dalam telaah teoritis, dengan sangat tepat Hadi dan Anwar (1996) yang banyak menganalisis tentang dinamika ketimpangan dan pembangunan ekonomi antar wilayah mengungkapkan bahwa salah satu penyebab munculnya ketimpangan pembangunan ekonomi antar wilayah di Indonesia adalah adanya perbedaan dalam karakteristik limpahan sumberdaya alam (resources endowment) dan sumberdaya manusia (human resources) disamping beberapa faktor lain yang juga sangat krusial seperti perbedaan demografi, perbedaan potensi lokasi, perbedaan aspek aksesibilitas dan kekuasaan (power) dalam pengambilan keputusan serta perbedaan aspek potensi pasar.
Dengan pola analisis sebagaimana diilustrasikan diatas dapat digarisbawahi bahwa pengelolaan, ketersediaan, dan kebijakan yang tepat, relevan serta komprehensif amat dibutuhkan dalam kaitannya dengan percepatan proses pembangunan ekonomi daerah dan penguatan tatanan ekonomi daerah yang pada gilirannya dapat menjamin keberlanjutan proses pembangunan ekonomi dimaksud. Namun amat disayangkan, dinamika pelaksanaan pembangunan ekonomi wilayah (daerah) dalam era otonomi daerah dewasa ini, memiliki atau menampakkan suatu kedenderungan dimana daerah yang kaya akan sumberdaya alam lebih cepat menikmati kemajuan pembangunan bila dibandingkan dengan wilayah lain yang miskin akan sumberdaya alam, hal ini diperparah lagi dengan keterbatasan kualitas sumberdaya manusia. Apabila kondisi seperti ini terus berlanjut maka tidaklah terlalu mengherankan manakala issu tentang ketimpangan pembangunan antara wilayah (kawasan) yang merebak di akhir Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama yang lalu, kembali muncul dengan sosok yang semakin mengkhawatirkan.Sebagai ilustrasi, berikut ini dikutip pendapat seorang pakar yang banyak menyoroti tentang dinamika otonomi daerah : “.. negara Indonesia kaya akan sumberdaya alam, tetapi rakyatnya banyak yang miskin. Kenyataan paradoksal tersebut tentunya ada penyebabnya, antara lain karena lemahnya pengelolaan manajemen sumberdaya alam serta penguasaan oleh segelintir orang yang rakus. Seiring dengan semangat desentralisasi, sebagian besar kewenangan pengelolaan sumberdaya alam sudah diserahkan kepada daerah, termasuk kewenangan di daerah otoritas seperti kawasan kehutanan, kawasan pertambangan, kawasan pelabuhan dan lain sebagainya yang selama ini tidak tersentuh oleh kewenangan Daerah Kabupaten/ Kota (lihat pasal 129 UU Nomor 22 Tahun 1999). Bagaimana menggunakan sumberdaya alam untuk kepentingan rakyat banyak akan sangat tergantung pada kemauan politik (political will) dan tindakan politik (political action) dari pemerintahan daerah”. (Wasistiono, 2003)
1.2 Sumber Daya Sementara
a. Barang yang Menggunakan Waktu
Produk yang memerlukan pemakaian waktu dala mengkonsumsinya. Contoh: Menonton TV, Memancing, Golf, Tennis (waktu Senggang) Tidur, perawatan pribadi, pulang pergi (waktu wajib)
b. Barang Penghemat Waktu
Produk yang menghemat waktu memungkinkan konsumen meningkatkan waktu leluasa mereka. Contoh: oven microwave, pemotong rumput, fast food
1.3 Sumber Daya Kognitif
Pengertian sumber daya kognitif adalah kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme,
a. Periode sensorimotor
Menurut Piaget,bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreatifitas
b. Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan bahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
c. Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
• Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
• Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme(anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
• Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
• Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
• Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
d. Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
e. Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif penawaran normal, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Informasi umum mengenai tahapan-tahapan
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
• Universal (tidak terkait budaya)
• Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
• Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
• Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
• Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
Proses perkembangan
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengann burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label “burung” adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label “burung” adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.
1.4 Pengetahuan Organisasi:
Pengetahuan Konsumen akan Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Apa yang dibeli, berapa banyak yang dibeli, dimana membeli dan kapan membeli akan tergantung kepada pengetahuan konsumen mengenai hal-hal tersebut.
Pengetahuan Konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk, serta pengetahuan lainnya yang terkait dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen.
(1) Pengetahuan ttg karakteristik/atribut produk
(2) Pengetahuan ttg manfaat produk
(3) Pengetahuan ttg kepuasan yg diberikan produk kepada konsumen.
(1) Manfaat Fungsional, yaitu manfaat yg dirasakan konsumen secara fisiologis
(2) Manfaat Psikososial, yaitu aspek psikologis dan aspek sosial yang dirasakan konsumen setelah mengkonsumsi suatu produk


sumber :